Life Is

Kenangan

Seingat saya waktu saya kecil saya tidak pernah sekalipun berpikir untuk cepat dewasa. Entah karena saya tidak berpikir bahwa jadi dewasa itu menyenangkan, atau memang saya terlalu menikmati masa kanak-kanak saya.

Namun, baru saja terjadi, saya ingin kembali ke masa kecil saya. Lebih tepatnya ke masa saya baru pulang main sore dan ditawari sebotol susu oleh si Mbak. Lalu saya minum susu sambil tiduran di lantai, kaki diangkat naik ke sofa, digoyang-goyangkan, sambil nonton TV.

Pics Told You More Than Words

Atau kembali ke masa ketika saya sedang duduk-duduk di ruang tamu (saya tidak ingat saya waktu itu sudah bisa berdiri atau belum). Mama baru pulang kerja, beliau bertanya apa kabar saya dan saya menjawab “apa?”. Masih jelas di ingatan waktu itu Mama berseru dengan mata berbinar-binar, “wah anakku udah bisa ngomong!”. Yak, kata-kata pertama yang bisa saya ucapkan dengan jelas adalah “apa”, begitu kata Mama saya, dan saya mengingat momen tersebut!

Saya pun mengingat momen ketika saya dan seorang sahabat sedari TK, Ina, main sepeda keliling kompleks bahkan sampai ke kompleks sebelah. Saya terjatuh karena tidak menyadari ada lubang di tengah jalan. Ada seorang pria yang menawarkan bantuan, tapi teman saya ini dengan galaknya bilang “NGGAK USAH!” dan dia pun membantu saya berdiri. She just didn’t talk to stranger, I guessed. Kami pun langsung pulang ke rumah karena luka saya perlu dibalut. Bekas lukanya masih ada di siku kanan saya sampai sekarang.

Atau satu momen waktu saya baru banget bisa main sepeda, saya masih belum terlalu bisa menguasai sepeda saya, salah seorang teman lelaki mengejek “hahaha nggak bisa main sepeda!”, saya diam saja, si Ina yang menyahut “DIA TUH BISA TAU MAIN SEPEDA!”.

Saya juga mengingat momen ketika saya dan Valen, sahabat saya sedari SD, ikut lomba gerak jalan yang diadakan sekolah. Lombanya sore hari, jadi sepulang sekolah saya ikut ke rumah Valen dulu untuk menyiapkan diri sebelum lomba. Saya ingat waktu saya diterima dengan baik oleh keluarganya. Makan bareng, ngobrol, ketawa-ketawa. Saya ingat waktu Valen bilang Mamanya suka sama saya dan menyuruh saya sering-sering main ke rumahnya. Saya ingat bahwa terakhir saya bertemu mereka waktu Idul Fitri kemarin dan senyuman mereka tetap sama hangatnya.

Ah, kenangan. Otak kita memang didesain untuk tetap mengingat momen-momen berharga yang kita miliki. Saya beruntung memiliki masa kecil yang menyenangkan. Namun tetap saja, kenangan tinggal kenangan, seindah apapun itu.

If we can create another beautiful moment in the future, then why bother to think about coming back to the past?

P.S: cerita ini disponsori oleh baby stuffs yang ada di online shop sebagai hadiah untuk Nia, Epha, Nadya, dan QQ yang baru aja melahirkan. :)

Leave a comment