Life Is

Udah, Itu Aja

“Apapun masalah hidup kamu, kalau kamu sehat, syukuri. Udah, itu aja.”

Itu kalimat yang diucapkan temen gue sewaktu kami berpisah di coffee shop salah satu mall di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Dia berpesan gitu ke gue bukan tanpa alasan. Dia emang baru cerita ke gue kalo dia dihadiahi Tuhan breast cancer stadium 3B.

Kami emang udah lama gak ketemu. Terakhir ketemu dan ngobrol panjang mungkin sekitar tahun 2015. Udah lama banget.

Gue emang udah lama mengira dia sakit kalau menilik dari media sosialnya. Dia gak menyiratkan secara gamblang di media sosial mengenai penyakit yang ia derita, tapi gue tahu aja. Gue tahu dia tengah berjibaku dengan suatu penyakit.

Tapi gue gak akan membahas detail tentang temen gue. Gue mau bahas hal lain kali ini.

Kita sering lupa atau malas atau bahkan gak peduli dalam menjaga kesehatan. Makan sembarangan, tidur gak diatur, olah raga gak pernah. Intinya sih gaya hidup awur-awuran.

Begitu sakit, kita baru sadar kalo kesehatan itu rejeki besar yang tidak dapat dikuantifikasi. Tidak dapat dinilai harganya.

Walaupun kadang penyakit bukan berasal dari gaya hidup yang salah. Penyakit bisa juga diturunkan karena memang Dia berkehendak untuk menurunkan penyakit ke kita. Bukan karena kelakuan kita yang gak menjaga kesehatan.

Tuhan menurunkan penyakit bisa jadi sebagai cobaan biar kita sabar, teguran atas kesalahan agar kita bertobat, atau mungkin sebagai balancing atas semua hal baik yang kita terima.

Penyakit sebagai cobaan biasanya diturunkan untuk orang-orang terpilih. Orang-orang baik. Mereka sedang dicoba imannya, apakah dengan penyakit ini bikin mereka makin baik? Makin sabar? Atau malah berbalik jadi mengingkari Tuhannya?

Penyakit sebagai teguran diturunkan untuk orang-orang yang beruntung. Mereka beruntung Tuhan masih menyayangi dan memperhatikan mereka. Dengan segala dosa dan kesalahan yang mereka perbuat, Tuhan masih memberikan “sentilan” agar mereka sadar dan berubah.

Kalau mengenai penyakit sebagai balancing, ini teori gue sih.

Ada salah satu temen gue yang pernah bertanya kenapa gue jarang banget iri sama orang lain. Kok bisa cuek-cuek aja liat hidup orang lain yang kayaknya indah banget.

“Kok bisa sih lo gak iri?” tanya temen gue itu.

Gue sebenernya jarang banget -nyaris gak pernah- mikirin rumput orang lain, itu jawaban jujurnya. Itu alhamdulillah gift dari Tuhan ke gue. Gue gak musingin kebahagiaan orang lain. Justru kalau kebahagiaannya dateng dari temen-temen gue, gue malah ikut bahagia instead of iri.

Alhamdulillah ya dikasih gift kayak gitu. Terima kasih, Tuhan.

Tapi selain daripada mungkin itu memang gift, gue memang punya pikiran, “buat apa iri?” Tuhan Maha Adil. Orang-orang yang keliatannya bahagia, pasti punya balancing yang bikin dia gak bahagia.

Balancing? Apa pula itu?

Contoh ekstrim sih Selena Gomez.

(Selena is my current obsession. I am very obsessed with this girl haha.)

Selena Gomez
Selena Gomez

Selena Gomez kurang apa sih?

Cakep (banget!), bertalenta, kaya raya, dan populer. Dengan segala yang dia punya; dia tetap down-to-earth, ramah, dan tidak sombong. Sweetheart banget. Selena juga berasal dari keluarga yang harmonis. Dia juga memiliki banyak teman baik. Intinya Selena punya support system yang bagus.

Sempurna banget kan hidupnya?

Tapi, Tuhan Maha Adil.

Semua hal baik yang Selena punya, Tuhan balance-kan dengan penyakit. Penyakit lupus. Lupus yang harus di-maintain seumur hidupnya.

Selena sampai pernah harus transplantasi ginjal akibat lupus yang ia derita. Syukurnya, dia anak baik. Dia punya sahabat yang mau mendonorkan salah satu ginjal untuk Selena.

Coba kalo cewek b*tch yang gak punya temen, mungkin kudu beli ginjal di black market deh haha.

Inilah contoh balancing yang gue maksud. Orang yang keliatannya punya segalanya, pasti ada satu hal yang membuat hidupnya balanced.

Tuhan Maha Adil kok.

Dia kasih Selena sesempurna itu, tapi Dia balance-kan dengan penyakit yang harus di-maintain seumur hidup. Selain daripada mantan pacar yang kurang ajar ya. Baru putus sebulan udah kawin sama cewek lain. Pih. Haha.

Gue pernah baca kalimat bagus yang kurang lebih begini, “Kalo lo merasa hidup gak adil, percayalah bahwa setiap manusia mengalami ketidakadilannya masing-masing. Jadi sebenarnya secara komprehensif, hidup itu adil. Tuhan Maha Adil.”

Intinya gue cuma mau bilang. Kalo lo merasa hidup itu berat, masalah lo banyak, mari kembali ke Pasal 1: Tuhan Maha Adil.

Jadi ya sabar-sabar aja. Sabar. Sabar.

Stok sabar kudu dibanyakin.

Trus satu lagi, inget pesen temen gue di kalimat pertama tulisan ini.

Apapun masalah hidup lo, kalo lo sehat, syukuri.

Udah, itu aja.

 

 

 

 

 

Leave a comment