Prolog:
Kemarin sore saya tidak lembur sehingga sempat berceloteh sedikit untuk ditampilkan di blog ini.
Isi:
Di jalan pulang kantor, di mikrolet M38, terdengar suara alarm default BlackBerry. Saya agak kaget mendengar bunyi tersebut dan buru-buru merogoh si Bebe Lala Sasa Fifi Rara dari tas saya. Ternyata, bukan alarm si Bebe Lala yang bunyi, melainkan alarm cewek di sebelah saya.
Saya menyadari hal semacam ini sering banget kejadian. Saya mengira BlackBerry saya yang bunyi padahal ternyata tidak. Gara-garanya apa? Gara-garanya semua orang menyetel suara BlackBerry-nya by default. Yang bunyinya beda palingan bunyi panggilan masuk dan SMS. Kenapa ini bisa kejadian? Ya karena males aja, iya kan? Semua orang udah terlalu males untuk menggonta-ganti ring tone BB-nya, apalagi untuk mengotak-atik secara mendetail suara alarm, suara chat yang masuk, email, dll.
Coba bandingkan dengan beberapa tahun lalu. Pernah mengalami menge-set satu lagu untuk panggilan masuk dari orang yang ini, lagu lain untuk panggilan masuk dari orang yang lain? Atau suara SMS dari yang ini dibedakan sama yang itu? Atau untuk grup keluarga suara notifikasi yang muncul berbeda dengan grup anak sekolah atau kampus, misalnya? Pernah?
Saya pernah. Dan saya yakin kalian juga. Karena saya ingat dulu waktu hape CDMA lagi booming pas zaman kuliah, banyak hape yang sama, tapi saya nyaris tidak pernah tertukar dalam mengenali suara hape saya. Oleh karena apa? Yak, karena nyaris tidak ada mahasiswa yang menyetel suara hapenya pada kondisi default. Lagu-lagu terbaru dan ringtone-ringtone lucu tentunya menjadi pilihan tersendiri.
Saya berpikir, betapa besar energi yang saya miliki dulu itu untuk sekedar mengganti-ganti suara hape. Kontak hape pun saya ubah-ubah, namanya aneh-aneh, pake dipasangin picture segala untuk orang-orang yang saya punya fotonya di hape, ringtone-nya juga diset mau pake lagu apa, atau dia masuk ke grup mana. Sekarang? Tiap nge-save kontak baru, baik nomor telepon atau BBM, saya pasti menamai dengan dua kata. Nama depan dan nama belakang. Udah. Tidak ada yang di-customize ini itu. Repot.
Yang ingin saya garis bawahi disini adalah betapa berenerginya saya (kita) waktu zaman labil dulu. Bagaimana caranya saya bisa mendapatkan energi itu lagi? Agar bisa saya aplikasikan ke kehidupan sehari-hari yang tentunya jauh lebih penting daripada sekedar gonta-ganti ringtone HP atau meng-customize kontak HP.
Epilog:
Nampaknya saya sering mendapat ide menulis kalau saya pulang naik mikrolet M38 dibanding kalau saya pulang naik taksi. Tentunya dikarenakan kalau naik M38 kan saya bertemu dengan banyak orang. Banyak kejadian unik menunggu saya di sana. :)
damn it, gue suka nih point dari post yang ini. Betapa banyak energi waktu kita muda dulu :))
Iya banget. Mungkin karena sekarang energi kita udah banyak terserap ke masalah hidup yang semakin ke sini semakin banyak dan variatif? Udah capek sendiri jadinya :)))