Life Is

Gray Area

Pernah kan melihat tulisan peringatan semacam “dilarang menginjak rumput di taman” atau “tolong buang sampah pada tempatnya”, atau “dilarang buang air kecil di lantai”?

Gray Area. Begitulah saya menyebutnya.

Hal ini lantaran peringatan tersebut saya nilai masih memiliki celah bagi para penggunanya. Celah yang terlalu longgar, malah.

Untuk peringatan “dilarang menginjak rumput di taman”, berarti kalau saya mau bobok-bobok lucu di taman, itu nggak salah dong? Wong saya tiduran, nggak nginjak. Atau kalau ada orang yang melewati taman sambil ngesot-ngesot misalnya, apa ia berarti melanggar peraturan?

Lalu, untuk peringatan “buang sampah pada tempatnya”, perlu didefinisikan arti “tempatnya” pada kalimat tersebut. Kalau misalnya saya berjalan di taman, mencabut beberapa daun dari tanaman yang saya lewati, lalu saya membuang daun tersebut di pot bunga yang saya lewati setelahnya, apakah tindakan saya dapat disalahkan? Toh pot bunga juga merupakan tempat buat daun, bukan?

Perhatikan pertanyaan saya di atas. Saya tidak bertanya “apakah tindakan saya benar?”, melainkan “apakah tindakan saya dapat disalahkan?”.  Karena seseorang patut dihukum apabila ia melakukan kesalahan, bukan karena ia tidak melakukan perbuatan yang benar, if you know whatta mean.

Kemudian, untuk peringatan ketiga “dilarang buang air kecil di lantai”, seorang teman saya pernah memprotes kalimat peringatan tesebut. “Berarti kalau buang air besar, boleh dong?”. Pertanyaan yang saya jawab waktu itu dengan “ya kalau buang air kecil aja nggak boleh, apalagi buang air besar”. Dan teman saya tersebut diam mendengar kalimat saya.

Sebenarnya kalimat saya yang “buang air kecil aja nggak boleh, apalagi buang air besar” itu merupakan persepsi saya sendiri mengenai peraturan tersebut. Masalahnya, persepsi orang kan beda-beda, ya toh? Teman saya tidak dapat disalahkan sewaktu ia mempersepsikan bahwa buang air besar di lantai itu tidak melanggar peraturan.

Pada akhirnya saya berpikir, terlalu repot untuk membuat peringatan yang menutup semua celah kemungkinan penyalahgunaan. Saya juga beranggapan mungkin ini sebabnya kenapa bahasa undang-undang, hukum, peraturan, dan sejenisnya selalu ribet dan njelimet. Untuk meminimalisasi para pengguna celah gray area semacam saya ini. Meskipun demikian, saya yakin tetap ada gray area yang bisa dicari-cari, sebagus apapun suatu undang-undang, sesempurna apapun suatu peraturan.

Disclaimer: saya tidak pernah bobok-bobok lucu di taman, ngesot di taman, apalagi buang air besar di lantai. Tapi kalau buang daun ke pot bunga sih pernah deh kayaknya. *cekikikan*

P.S: probably, being a lawyer suits me better instead of being an accountant. (If you know whatta mean. :P) 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s