Sharing is Caring

Tegas Gak Sesulit Itu

Kadang gue heran sama manusia zaman sekarang. Cuma buat bilang ‘iya’ atau ‘enggak’ aja susah banget. Maju-mundur-maju-mundur. Gak jelas.

Bok, lo cuma menghadapi pertanyaan standar, bukan pertanyaan malaikat Mungkar Nakir di alam kubur. Please deh. Pffft.

Jadi sebenernya lo tuh cuma perlu men-define apa yang sebenernya lo mau. Pingin A di hati, ya bilanglah maunya A. Kalo lo pingin B? Ya bilang aja maunya B.

(*)

Yang jadi masalah kan adanya perasaan gak enak terhadap pihak ketiga.

“Duh gue gak enak kalo langsung nolak.”

atau..

“Kasian sih kalo gue bilang jujur.”

atau kalimat-kalimat lemah semacam itu.

Mamam noh gak enak. Mamam noh kasian.

Ini kan balik lagi tentang masalah penyampaian. Kalo lo nyampeinnya enak ya harusnya semua baik-baik aja dong? Kalo lo udah nyampein dengan sopan, jujur, tapi ternyata semuanya malah berakhir drama, ya cuekin ajalah. Mau diapain lagi? Anggap aja itu proses pendewasaan buat dia. Semacam belajar untuk menerima kenyataan. Ya kan? Lo harus belajar untuk bersikap bodo amat, for your sanity.

Lalu ada juga yang gak bisa tegas karena gak siap menerima konsekuensinya. Mikirnya semacam maju kena, mundur kena. Jadi mereka lebih milih berada di tengah-tengah, digantungin sama masalah. Gak tahu kapan masalahnya kelar. Ini tipe-tipe yang kalo pacaran bilangnya “jalanin dulu aja.”

Atau ada juga yang jadi gak tegas karena memang gak tahu apa yang dia mau.

Kalo untuk dua ini, penyelesaiannya jadi agak panjang. Selain lo harus bisa men-define mau lo apa. Lo juga harus jeli melihat ke depan, apa dampak dari langkah yang diambil.

Jadi mungkin lo bisa bikin semacam Pohon Keputusan. Begitu gue menyebutnya. Gue gak inget gue udah pernah nulis ini apa belum. Tapi bolehlah gue ulang lagi. (Anggap aja begitu).

Misalnya lo ada pilihan A, B, dan C. Kalo lo milih A, kelebihannya apa, konsekuensinya apa. Kalo A yang diambil, masalah ke depannya apa? Ada berapa masalah kira-kira? Apa kemungkinan penyelesaian dari masalah-masalah itu? Ribet gak? Ada penyelesaian yang masuk akal gak?

Begitupun kalo lo milih B dan C. Apa keuntungan yang dapat lo nikmati dan apa resiko yang harus lo hadapi setelah mengambil langkah pertama dari B dan C? Setelah lo melangkah ke B misalnya, langkah selanjutnya apa nih yang akan jadi batu sandungan? Define-lah di sini.

Nanti lo liat hasilnya di akhir, pilihan mana yang paling “mendingan”. Ini saatnya mental lo diuji. Lo bisa nggak memutuskan “yang paling mendingan” itu sebagai pilihan? Karena biasanya, suka maju mundurnya di sini.

“Ah, gak mau ah. Nanti begini begini begini.”

“Duh kalo gue ambil ini, nanti ternyata pilihan yang bener yang itu, gimana?”

Inilah saatnya ujian yang sesungguhnya. Belajar mengambil keputusan yang benar dan melepaskan yang memang dianggap gak sesuai. Lo gak akan bisa memegang dua hal terus-menerus. Lo harus memutuskan pada akhirnya. Pun lo gak bisa membiarkan diri lo tergantung tanpa memutuskan sesuatu. Lah jemuran aja harus diangkat. Masak lo mau ngegantung terus? PFFFT.

Nah. Kalo lo udah memetakan konsekuensi, dan ternyata lo salah pilih, lo gak akan menyesal. Karena resiko dan konsekuensinya kan harusnya udah lo ketahui di awal. Sudah terprediksi dong harusnya?

Kalopun resikonya gak terprediksi, itu artinya lo harus belajar lagi memetakan masalah biar ke depannya kedodolan lo ini gak terulang. Jadi gak akan ada rasa menyesal dalam hidup lo. Wong udah tahu dari awal kan? Udah nerima dong harusnya? Udah ikhlas dari pertama dong?

Terus, kalo lo udah tahu apa yang akan lo pilih, dan udah gak ragu lagi nerima konsekuensi, sekarang harus ngapain?

Ya berarti lo harus ngeliat lagi point bintang di atas. Point ( *)

Udah? Gimana? Masih takut bersikap tegas? Pffft.

Gemes tau nggak sih ngeliat orang klemer-klemer kayak ager-ager. Masih bagus ager-ager, bisa dimakan.

PFFFT.

Balik lagi, intinya memang harus ada yang dikuatin agar bisa bersikap tegas. Gak lain adalah niat. Dan satu lagi, sifat tega. Yap. Tega dan tegas memang saudara sekandung. Makanya namanya juga mirip, beda satu huruf doang.

PFFFT.

3 thoughts on “Tegas Gak Sesulit Itu

  1. “Balik lagi, intinya memang harus ada yang dikuatin agar bisa bersikap tegas. Gak lain adalah niat.”

    karena kekuatan niat diuji di pijakan batu pertama. kalo ga niat, muter baliknya gampang. #traveloveing

    *jualan*

    *behehehek*

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s