Life Is

Kadang-kadang Kidding-kidding

Karena gue berniat menggunakan blog ini sebagai alat rekam jejak kehidupan, sudah sepantasnya gue sekarang mendisiplinkan diri untuk menulis seminggu sekali. Pas gue liat di arsip, terhitung sejak April 2012, gue hanya mem-posting rata-rata dua tulisan per bulannya. Padahal sebelumnya, rata-rata gue menelurkan lima tulisan per bulan.

Okay, niat sudah ada. Tinggal pelaksanaannya aja nih. Dan seringnya, keinginan itu hanya berhenti sampai di niat. Kalo orang yang agak alim dikit sih ngelesnya, niat aja udah dicatat sebagai pahala.

Pret.

Iya, niat baik memang dicatat sebagai pahala. Tapi pahalanya segede apa? Segede kuaci? Hahaha.

Nah, menindaklanjuti niat baik gue di pembuka tulisan. Ada sebuah cerita lucu yang patut gue catatkan di blog ini. Cerita yang lucu menurut gue. Mungkin bisa berbeda kalo dilihat dari sisi korban “kelucuan” ini.

Jadi, beberapa hari yang lalu, gue bersama geng kakak-adik, Dian dan Mia, menjadi pelakon salah satu drama Twitter. Drama yang berjudul Sepik-Sepik Iblis.

Untuk yang belum tau apa itu sepik, mungkin akan gue jelaskan sedikit.

Sepik itu merupakan plesetan dari kata bahasa Inggris, speak. Secara harfiah sih artinya “ngomong” atau “bicara”. Tapi secara istilah, artinya kurang lebih sama kayak ngegombal. Merayu. Atau semacam itulah.

Semuanya bermula ketika korban sepik kami, sebut saja ia Lelaki, meng-quotes beberapa kalimat dari novel Trave(love)ing, novel yang ditulis sama gue dan Mia bareng dua bocah laki yang ajaib, Roy dan Dendi.

Nah, si Mia say hi and thanks ke Lelaki yang sudah baca novel kami dan meng-quotes isinya. Setelah dilihat-lihat, ternyata foto si Lelaki di Twitternya cukup bening. Honestly not my type, but he’s not ugly, though.

Twit Mia yang say hi and thanks tadi disamber oleh Dian, dan juga gue tentunya. Berawal dari samber-samberan twit inilah, kami bertiga jadi mulai melancarkan sepik-sepik iblis ke si Lelaki.

Sepik yang gue lancarkan ke dia kurang lebih begini:

“Duh Lelaki, kamu pasti kakaknya Afika ya? Abisnya ngegemesin banget sih :3”

Dan satu lagi di bawah ini sewaktu dia bilang mulai kewalahan disepik oleh gue, Dian, dan Mia.

“Kamu kalo kewalahan gini, makin ngegemesin deh. :3”

That’s it.

Mia dan Dian nyepiknya sih semacam ngingetin Shalat Dzuhur, buka puasa, dan seputar itu, dengan cara yang bangke maksimal. Mereka menyebutnya, sepik syariah! Yeah rite!

Dan ada satu sepik Mia yang bilang kalo kami bertiga ingin jadi kakak yang baik buat si Lelaki. Yak, masih brondong bok dia. Untuk lengkapnya, silakan liat Twitter kami, @gelaph, @dianps, @myaharyono.

Permasalahan muncul ketika pacarnya si Lelaki, sebut saja si Perempuan, mulai gerah dengan aktivitas kami. Sepik yang baru berjalan kurang dari 24 jam ini pun mulai terancam punah.

Adalah Dendi yang pertama mengingatkan kami dengan kalimat setipe, “eh, kayaknya ceweknya marah tuh sama sepikan kalian. Kalo sampe putus, tanggung jawab lho.”

Dasar Dendi si stalker. Tahu aja dia kalo si Perempuan jadi marah. Karena gue bahkan enggak ngecek Twitter si Lelaki, apalagi si Perempuan. Boro-boro deh. Hahaha.

Dan ternyata benar, dari twit-twit si Perempuan, tergambar jelas betapa menderitanya ia. Betapa ia tampak sedih, tertekan, dan terguncang oleh aktivitas kami bertiga nyepik cowoknya.

…aktivitas kami bertiga nyepik cowoknya yang sebenarnya cuma…bercanda.

Si Lelaki tampaknya mengerti, terlihat dari caranya yang membalas twit kami dengan bercanda juga. Hal ini yang tampaknya nggak bisa diterima oleh si Perempuan. Mereka tampaknya ribut besar. Terlihat dari kalimat-kalimat si Perempuan di Twitternya.

“Ya Allah, cobaan banget di bulan puasa.”

“Kadang, untuk menghindari kecewa dan sakit hati, kita harus belajar tidak peduli.”

“Seorang pasangan yang baik, pasti tidak akan membuat pasangannya merasa tidak tenang.”

“Ga nyangka :(“

It hurts me :( :( :(“

Dan, ada satu kalimat yang “dalem” dari si Perempuan adalah sebagai berikut:

“Ternyata banyak orang yang baru terkenal sedikit langsung genit ke cowo orang. Gak habis pikir.”

JUARA!

Kalimat di atas jadi semacam tweet of the day di TL gue.

Baru terkenal sedikit, udah genit” #HeyItRhymes !

Kalimat tersebut langsung jadi bahan celaan untuk gue dan para bocah! Kampret. Hahaha.

Dan oh. Saking parahnya permasalahan di antara mereka berdua, sampai-sampai si Lelaki perlu menonaktifkan akun Twitternya untuk sementara!

Oh my?!

Why people are so serious, nowadays?!

The real Twitterist should know the rules: Sepik di TL itu bercanda, sepik di DM itu baru bahaya.

Untuk yang nggak main Twitter, TL itu timeline, ruang publik, sejenis wall kalau di Facebook. Kalo kalian nggak main Facebook juga ya…sudahlah. Intinya, semua penduduk bumi bisa membaca TL selama si empunya akun Twitter tidak menggembok profilnya. Sama kayak kalian yang bisa baca blog gue ini walaupun kalian nggak punya blog. Kurang lebih kayak gitu.

Sedangkan DM itu direct message. Semacam private message, hanya kedua akun yang saling berinteraksi yang bisa membaca pesan terkirim. Semacam SMS-an via Twitter.

Pada kasus ini, kami bertiga nyepik si Lelaki di TL, dan tidak ada akun yang digembok di sini. Semua orang bisa lihat. Termasuk yang tidak punya akun Twitter sekalipun. Jadi, kami jelas-jelas bercanda. Kalimat sepikan pun tidak ada yang menjurus serius. Tidak ada niat untuk menggoda apalagi merebut si Lelaki dari si Perempuan.

Namun ya, tidak semua hal yang diniatkan selalu sama dengan maksud yang tersampaikan. Kadang kita berniat baik aja di suudzoni, apalagi emang nggak ada niat baiknya sama sekali gitu kan. Hahaha.

Well, mungkin sepik kami keterlaluan. Dan si Perempuan juga insecure dan cemburu keterlaluan. Cocok deh jadinya. Faktor karena kami nyepiknya bertiga juga layak diperhitungkan sebagai penyebab drama kali ini. Karena ramean, jadi kayaknya sering banget sepikan dilancarkan. Itu bisa jadi hal yang membuat si Perempuan jadi insecure berlebihan, nggak bisa menganggap ini semua adalah lelucon standar di Twitter.

Ya. Lelucon standar di Twitter. Mereka yang punya Twitter pasti tahu. Nggak ada hal yang istimewa.

Namun, teman-teman cowok kami di Twitter menyarankan untuk dibicarakan baik-baik sama si Perempuan. Tak lupa menyuruh kami untuk meminta maaf atas kesalahpahaman ini. Sehingga pada akhirnya, masing-masing dari kami bertiga pun me-mention mereka berdua untuk meminta maaf atas lelucon yang nggak bisa diterima oleh si Perempuan.

Twit yang ditanggapi oleh si Perempuan dengan positif. Bahwa ini semua hanya kesalahpahaman.

Satu hal yang bisa gue pelajari dari drama ini adalah: nggak semua orang bisa menerima bercandaan dan lelucon kita. Bahkan yang paling umum sekalipun.

Yup. Sometimes, joke isn’t a joke if you hit it to wrong people.

10 thoughts on “Kadang-kadang Kidding-kidding

  1. 1.kalian lebih kejam dari ibu kota :))
    2.sebagai cewe cemburuan *kadang2* gw ngerti perasaan si perempuan, apapun alasan kalian ttp aja GONDOK !
    3.tiba2 gw ada niat kalian bertiga bisa kali rusak hubungan mantan gw, trs mantan gw jd balik lagi ke gw, *dudududu..
    4.mungkin kata si perempuan “tunggu azabmu” atau “rasakan santetku”
    5.cari korban lagi gih

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s