“Kamu pernah ke Green Canyon?” Raka -demikian lelaki ini biasa dipanggil- bertanya padaku ketika kami telah duduk nyaman di restoran seberang kantor.
Aku menjawab singkat, “Belum. Kamu?”
“Tiga bulan lalu. Masih dengan teman-teman yang sama.”
“Well. Ada hal menarik yang bisa diceritakan?”
“Walaupun tidak semenarik kamu, tapi baiklah, “ Raka mengusap-usap kedua tangannya, “Green Canyon itu sebenarnya sungai biasa. Tapi yang menarik adalah ia berwarna hijau ketika hari cerah.”
“Terus?” aku pura-pura tak mendengar kalimat pertamanya.
“Ya terus, aku mau nonton Skyfall sama kamu,” ia tersenyum.
Kami bertatapan selama sekian detik.
“Aku lebih pingin denger kamu cerita tentang Green Canyon sih,” aku membalas senyumnya, “kopi. Green Canyon. Weekend. Perfect, right?”