Fiction and Imagination

[Cerpen]: Sisi Temaram Kota Tua

“HEH! MAU KE MANA LO?! JANGAN LARI!” Suara pemuda berusia belasan menggelegar di belakang Sani dan Febri. Celurit di tangan kanannya berkilauan tertimpa sinar matahari. Kedua bocah lelaki yang duduk di kelas lima SD jika masih bersekolah ini pun lari tunggang langgang. Sekuat tenaga mereka berusaha menghindar dari kejaran sang pemuda tanggung. Dengan napas memburu… Continue reading [Cerpen]: Sisi Temaram Kota Tua

Fiction and Imagination

111 Kata: Hijau Bumiku

Yak. Tiba saatnya gue nge-post flash fiction lagi. Kalau sebelumnya gue pernah menulis cerita yang lebih pendek dari cerpen ini dengan tema Sehari-hari, sekarang tema yang diangkat adalah Hijau Bumiku. Nah, kalau sebelumnya itu, tema yang diangkat lebih gampang ditulis ya. Soalnya kita harus menulis dengan tema barang-barang rumah tangga semacam cangkir, piring, sendok, meja, kursi,… Continue reading 111 Kata: Hijau Bumiku

Fiction and Imagination

e. Lampu Minyak

"Kita kenapa enggak pasang lampu minyak aja sih, Dear? Gelap nih." Mrs Drakuli merengek kepada suaminya, Mr Drakula. "Bangsa kita itu takut matahari, tapi bukan berarti harus gelap-gelapan seperti ini, " sambung Mrs Drakuli. Sambil  merapikan kerah belakang jubahnya, Mr Drakula menjawab istrinya, "Kalau kita pasang penerangan di sini, pasti manusia akan datang mengganggu. Kamu… Continue reading e. Lampu Minyak

Fiction and Imagination

d. Alasan Kepindahan

“Kok Oom bisa ada di sini?” Georgia bertanya kepada Mr. Drakula. “Well,saya pindah dari London sewaktu Revolusi Inggris,” jawab Mr. Drakula, “about three hundred years ago.” “Wow! But, why?” Georgia bertanya takjub. “Saya... agak malu menceritakannya. Namun saya pindah...because mulai banyak polusi udara. Gara-gara mesin uap baru ditemukan oleh James Watt.” Mata Georgia membesar kebingungan,… Continue reading d. Alasan Kepindahan

Fiction and Imagination

c. Tempat Sampah Masyarakat

“Dasar sampah masyarakat,” umpat Sam sambil melipat koran paginya. Euis yang sedang mengoleskan selai ke roti menolehkan kepala. “Kenapa Pa?” Sam membuang pandangan keluar , menikmati suara gemericik anak sungai yang mengalir melewati villa mereka di Puncak. “Empat supir angkot memperkosa seorang gadis dan kemudian membunuhnya. Sampah masyarakat, right?” Sam menyeruput kopi susunya, “fortunately, all… Continue reading c. Tempat Sampah Masyarakat