Limbad kelaparan. Ia berjalan menuju dapur, berharap ada sesuatu yang penting di dalam kulkas yang bisa dimakan. Setelah tiba di sebuah kotak logam setinggi dirinya, Limbad membuka pintu kulkas. Lampu benda tersebut pun menyala dan terlihatlah aneka bahan makanan. Sayuran mentah, yoghurt, ayam bakar sisa makan malam tadi, buah-buahan. Ia juga membuka pintu kecil di… Continue reading 7. Sesuatu yang Penting di dalam Kulkas
Category: Fiction and Imagination
6. Kompornya di Mana?
PRANGGG! Suara benda pecah belah terjatuh membuyarkan keheningan malam. Seorang lelaki berusia awal dua puluhan pun segera berjalan menuju lokasi keributan. “Ya ampun, Dek. Pasti kamu masuk lewat jendela dan gak sengaja menyenggol rak piring di sebelahnya ya?” si lelaki menembak langsung gadis berkuncir kuda yang sedang membereskan pecahan beling piring. Seorang wanita berperawakan sedang… Continue reading 6. Kompornya di Mana?
5. Piring Porselen Paling Cantik
Kematian sendok plastik beberapa saat lalu telah membuat hiruk pikuk tersendiri. Hiruk pikuk yang membuat sebuah piring porselen paling cantik menjadi kesal karena tidurnya terganggu. “Kalian bisa diam gak sih? Aku mau tidur. Kalau kurang tidur nanti flek hitam di tengah badanku ini bisa bertambah.” Sebuah panci yang dituakan menegur, “Kamu kok tidak ada empati… Continue reading 5. Piring Porselen Paling Cantik
4. Bahkan Sendok Pun Bisa Mati
Sebuah sendok mungil sedang terlelap ketika ada tangan kasar yang meraihnya dari rak piring. Ia lalu digunakan untuk menciduk bubuk hitam pekat yang kemudian ditumpahkan ke dalam cangkir putih berukir kuning. Sambil menguap, sendok yang terbuat dari stainless steel tersebut mengeluh ke sahabatnya di rak piring. “Duh. Salah apa sih gue. Malam-malam begini dibangunin buat… Continue reading 4. Bahkan Sendok Pun Bisa Mati
3. Dua Jendela
“Aku pulang ya.” Demikian kata sang pemuda tanggung kepada pujaan hatinya. Lawan bicaranya, seorang gadis berkuncir kuda, menggangguk. Mereka baru saja pulang dari berkencan di festival alun-alun kota. Terbuai dengan semaraknya acara, tak ada yang sadar bahwa hari telah larut. “Omong-omong, tadi bukunya jadi dibeli?” sang pemuda bertanya. “Malas. Malas bacanya,” jawab si gadis singkat.… Continue reading 3. Dua Jendela