Banyak orang yang bilang bahwa hidup adalah ujian. Ujian untuk mencapai kehidupan yang kekal setelah kehidupan itu sendiri. Jika benar demikian, apakah kita sebelum hidup ini pernah belajar ataupun ikut les atau kursus atau ada semacam persiapan/pemantapan?
Jika jawabannya iya, sungguh saya tidak ingat apa-apa dari hasil belajar saya itu. Sama sekali tidak.
Jika jawabannya tidak, berarti saya harus coba-coba menjawab permasalahan hidup, tanpa ada bayangan sedikitpun.
Apapun jawabannya, iya atau tidak, tampaknya saya tetap harus berusaha kreatif dalam menjawab semua permasalahan. Pun harus berdoa semoga saya bisa lulus ujian.
Tampaknya hidup itu sama seperti belajar berenang dengan cara langsung diceburkan. Kita harus selamat sampai ke ujung sana, entah bagaimana caranya.
Tapi tenang, kita tetap dibekali pelampung, kaca mata, dan sepatu selam.
Kita dibekali akal pikiran yang berguna sebagai pelampung. Membuat kita tetap mengapung, tidak gampang terombang-ambing arus kehidupan. Kita diberi hati nurani, perasaan, mata hati, atau apapun itu namanya, yang berguna sebagai kaca mata agar kita dapat melihat dengan lebih jelas ke depan. Terakhir, kita diberi sepatu selam berupa nafsu. Nafsu memberi kita kemauan dan kemampuan untuk tetap bergerak. Bisa bergerak mendekati tujuan akhir, atau malah bergerak menjauhinya, tersesat, dan tenggelam dalam ketidaktahuan.
Selamat berenang. Semoga selamat sampai tujuan. :)
P.S: saking random-nya tulisan ini, saya agak bingung mau di-set private atau public. Tapi, oke deh, di-set public aja. Kalau nggak kuat sama reaksi negatif orang-orang, baru deh di-set private. :P
kalau aku gel….lagi merasa “apabila cinta itu ujian” aaa…..
#eaeaeaeaea. Cinta itu……………………. *koneksi hilang*